Rabu, Juni 10, 2009

Horor Indonesia Laris di Cannes

Di antara 19 judul film Indonesia yang dijual di booth Festival Film Cannes, Prancis, belum lama ini, ada enam judul film yang mendapatkan perhatian pasar internasional. Ajaibnya, empat di antaranya film horor. Beberapa negara menyatakan minat untuk membelinya. Dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film (NBSF) di bawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata (Depbudpar) merilis enam judul film itu. Yakni, Kereta Hantu Manggarai, Kuntilanak 3, Mati Suri, Pulau Hantu, Ayat-Ayat Cinta, dan Eiffel I’m in Love.

Hanya film Pulau Hantu yang masih dalam negosiasi dengan negara Jepang dan Prancis. Selebihnya telah menarik minat para distributor film dari Korea, Belgia, Amerika Serikat, Itali, Jerman, Argentina, India, Jepang, dan Prancis. Sejak dua tahun lalu, Depbudpar memang rajin membuka stan untuk menjajakan karya film lokal agar bisa dipasarkan secara internasional. Di antara 19 film yang di bawa, tujuh film bergenre horor dan empat di antaranya terbilang laris di salah satu festival film paling bergengsi di dunia itu. Padahal, Direktur Film NBSF Ukus Kuswara mengatakan, film horor bukan termasuk film unggulan dari Indonesia. Yang diunggulkan justru film-film yang dianggap mewakili budaya dan kondisi negara Indonesia, seperti Jamila dan Sang Presiden, Ayat-Ayat Cinta, Generasi Biru, atau Queen Bee.

Meski begitu, kata Ukus, tetap saja film horor harus diboyong ke Cannes karena film tersebut memiliki nilai seni dan sedang populer. ”Sebetulnya, film itu mencerminkan kondisi seni dan kreativitas pada zamannya. Sehingga, yang kami kirim itu tidak mesti mewakili budaya. Jadi, lebih karena kreativitas yang terbangun. Saat ini kan lebih banyak film horor,” terang Ukus. Produser film Shankar Bsc menyambut baik larisnya film horor di pasar internasional tersebut. Hal itu, kata dia, menjadi pertanda bahwa film horor Indonesia sudah setara dengan film horor dari negara lain, terutama dari Asia. ”Saya pikir kala pemerintah sudah membawa film Indonesia ke luar negeri, itu suatu hal yang positif. Terlepas bersaing apa tidak, yang penting sudah bisa meramaikan festival internasional.

Tapi, kalau mau dibandingkan, film horor indonesia susah setara dengan film Thailand,” ujarnya. Larisnya film horor di Canne dimaklumi Hanung Bramantyo Sutradara Ayat-Ayat Cinta (AAC) itu menilai, genre horor merupakan tema yang diminati dunia. ”Hakikat manusia itu selalu ingin tahu apa yang membuat penasaran. Mistik salah satunya,” katanya. Terlebih, tambah Hanung, setiap film horor itu membawa kultur negara pembuatnya. ”Pocong dan Sundel Bolong itu cuma ada di Indonesia. Hantu Jepang beda lagi. Jangan remehkan film horor. Tapi yang jadi masalah, film horor di Indonesia itu tidak dibikin serius, kritiknya.


Sumber : Jawa Pos, 10 Juni 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Copyright © 2009 by My Xperience

Template by Blogger Templates | Powered by Blogger